haloooo, kali ini yang di posting tema baru ya.. KPOP!!! bukan karena lagi tergila-gila loh tapi ini cuma titipan postingan dari adiku yang paling rese, nih dia orangnya klik disini. selamat menikmati...
AUTHOR : RITA AINUN
Cast : - Lee Jieun
- Kim
Myungsoo
- Oh
Sehun
- Park
Jiyeon
Author : jieunnieaiyu
Genre : horror (maybe), romance, friendship, sad
PG : 13+ oneshoot
Jieun
dengan kesal memakan habis roti isi selai stroberri kesukaannya sambil melirik
tajam kearah Myungsoo.
“waeyo?” tanpa rasa bersalah Myungsoo bertanya dengan wajah
pucat terlihat jelas diwajahnya.
“ini semua karena mu bodoh! Kenapa kau selalu ada di
sekitarku? Kenapa kau tidak hilang dari hadpanku? Kau dan aku berada di alam
yang berbeda” ya, mereka berada dialam yang berbeda. Jieun yang berada dialam dunia, beraktifitas
layaknya seorang manusia biasa,
sedangkan Myungsoo dia hanyalah makhluk dari dunia lain dan Myungsoo, manusia
bisa memanggilnya dengan sebutan.. hantu.
-Flashback-
Jieun
mengeratkan jaket berbulu nya dan berjalan tergesa-gesa menuju rumah nya yang
melewati gang sempit. Udara begitu dingin menusuk kulit dan hujan kecil turun
secara bergerombol membasahi rambut hitam milik Jieun.
“Oh Sehun bodoh! Seharusnya dia mengantar ku pulang. Tega
sekali dia membiarkan gadis sepertiku pulang sendiri. Seharusnya aku juga tidak
memenuhi permintaan dia untuk belajar bersama di apartementnya! Aish
menyebalkan! “ menendang sebuah kerikil kecil didepan dan menghentakkan kakinya
berkali-kali.
Memilih
untuk berjalan lebih cepat dari sebelumnya ketika Jieun sekilas melihat benda
putih bergerak dengan cepat dibelakangnya. Karena rasa penasaran yang besar
Jieun menghentikan langkah dan secara perlahan menengok kebelakang. Hanya ada
jalanan gang sempit yang gelap dan tidak ada siapapun disana. Jieun menyipitkan
mata kecilnya untuk bisa melihat dengan lebih jelas.
“mungkin perasaanku saja” Jieun melanjutkan perjalanan yang
sempat terhenti menuju rumahnya yang hanya beberapa langkah Jieun bisa
menikmati hangatnya selimut berwarna biru langit dikamarnya.
Dibalik
gang sempit yang gelap seorang lelaki berwajah pucat dan darah yang mengalir
dari dahi pucatnya tersenyum, lebih tepatnya menyeringai melihat gadis bermarga
Lee yang sudah memasuki rumah hangatnya. Lalu menghilang bagaikan ditelan
gelapnya malam
Jieun
berjalan ke ruang tengah dan melihat wanita paruh baya tertidur diatas sofa
berwarna silver “eomma pasti menunggu ku pulang” Jieun mengambil sebuah selimut
yang terjatuh tidak jauh dari wanita paruh baya yang dia sebut eomma, lalu
menyelimuti tubuh sang eomma.
Menaiki
tangga dengan mata yang lesu dan sesekali menguap lebar. Jelas saja waktu sudah
menunjuk pukul 11.47 KST sudah waktunya manusia untuk mengistirahatkan tubuh
mereka untuk siap beraktifitas keesokkan harinya.
Jieun
membuka pintu kamar, suara decitan pintu terdengar ditelinga gadis mungil itu
betapa terkejutnya dia ketika melihat sosok tubuh lelaki berbaju putih yang
tampak kotor terdapat bercak darah dan menggendong seekor kucing belang berwarna hitam dan putih. Mata
kecilnya membulat sempurna kala melihat darah berwarna merah pekat mengalir
dari dahi lelaki tersebut dan dari mulutnya, lelaki tersebut menyeringai dan
tampak menyeramkan dimata Jieun.
Jieun ingin
berteriak sekuatnya tapi apa daya tenggorokkan nya terasa tercekat. Jieun
perlahan memundurkan langkahnya, punggung kecil itu menabrak pintu yang sudah
tertutup oleh kelakuan lelaki dihadapannya hanya dengan sekali mengerjapkan
mata.
‘astaga! H..hantu?!’ Jieun
hanya bisa bersuara dalam hati. Keringat dingin mengalir dari dahi Jieun dan
nafasnya memburu ketika sosok lelaki menyeramkan itu bergerak mendekati Jieun.
‘jangan mendekat!’ karena
takut Jieun menutup rapat matanya dan berdo’a dalam hati supaya tidak terjadi
apapun dengan dirinya.
“hei, buka matamu”
‘suara siapa itu? Ah
mollagetda!’ memilih untuk tetap menutup matanya rapat-rapat Jieun terus
menggerakkan bibirnya meminta pertolongan dari Tuhan
“kubilang buka matamu bodoh! Aku sudah tidak menyeramkan
seperti sebelumnya”
Perlahan
Jieun membuka matanya dan tidak melihat sosok menyeramkan melainkan sosok
lelaki berwajah pucat sedang mengelus kucing kesayangannya
“k..kau siapa?” Jieun menatap cemas lelaki yang sekarang
duduk ditepi kasur miliknya ‘cepat sekali berpindah.. apa dia benar-benar
hantu? Tapi wajahnya tidak menyeramkan seperti tadi, yang terlihat hanyalah
wajah pucat yang dingin dan mata yang tajam’ gumam Jieun dalam hati
“kau berpikir tentang ku ‘kan?” tanya lelaki itu sambil
menatap kearah Jieun dan tetap mengelus kucingnya
“a..aniya” Jieun memberanikan diri menghampiri lelaki itu
dan duduk disebelahnya. Hei kenapa Jieun berani? Karena ini bukan pertama kali
Jieun melihat sosok seperti itu, Jieun mempunyai kelebihan istimewa yang tidak
semua orang mendapatkannya.
“kau tidak takut padaku?” lelaki itu berhenti mengelus
kucing dan membiarkannya menghilang, memilih untuk melihat kearah gadis itu
dengan dekat. Jieun menggeleng pelan menandakan bahwa Jieun tidak takut hal
semacam itu
“tapi kenapa kau tadi memejamkan matamu?” lelaki itu
menghilang dengan cepat dan sosoknya kini tengah duduk di kursi belajar milik
Jieun
“aku hanya takut melihat darahmu”
“benarkah? Kalau begitu aku tidak akan menunjukkannya lagi
padamu” kini lelaki itu berada disamping Jieun kembali
“cih. cepat sekali berpindah”
“tentu saja. Aku kan hantu”
“aku tahu”
“siapa namamu?”
“diamlah aku mengantuk, ini sudah malam kau tahu!” Jieun
merebahkan dirinya dikasur empuk nan hangat dan menarik selimut untuk menutupi
tubuh mungilnya yang mulai kedinginan
“wah panjang sekali namamu” lelaki itu merebahkan dirinya
disamping Jieun
“yak! Kenapa kau disini? Pergilah” Jieun mendorong tubuh
lelaki itu namun tangan Jieun tidak bisa menyentuhnya
“kau bodoh! Aku tidak bisa kau sentuh. Aku juga tidak akan
macam-macam. Aku hanya hantu tampan yang sedang mencari seseorang yang
benar-benar bisa membantuku” ujar lelaki itu sembari merenggangkan tangannya
dan memejamkan matanya.
“cih! Siapa namamu?” jujur, kini Jieun ingin lebih mengenal
lelaki itu dan ingin membantu memecahkan masalahnya.
“lihatlah kau bahkan bertanya siapa namaku. Kau mulai
menyukaiku kkkk~” sungguh Jieun ingin sekali lagi membunuhnya terlihat dari
tatapan Jieun yang ingin mencekik leher lelaki yang berada disebelahnya
“kkk~ namaku Myungsoo”
-Flashback end-
“Jieun-a cepat habiskan sarapanmu, Sehun sudah menunggumu
diluar” eomma mengambil roti isi yang berada ditanganku dan menaruhnya dipiring
“ish eomma” Jieun mengerucutkan bibirnya, Myungsoo terkekeh
pelan yang hanya bisa dilihat oleh Jieun. Eomma Jieun tidak mengetahui kalau
ada sosok hantu berkeliaran dirumah mereka.
“cepat temui Sehun!” eomma berteriak dari dapur terlihat ny.
Lee sedang mencuci piring dan gelas yang tadi dipakai Jieun untuk sarapan
“arraseo”
Jieun
mengambil tas sekolahnya dan berjalan menuju depan rumahnya, terlihat disana
Sehun berada dalam mobil miliknya yang berwarna merah menyala, Sehun
melambaikan tangannya pada Jieun. Jieun tersenyum kecil lalu memasuki mobil
itu. Myungsoo pun mengikuti Jieun memasuki mobil mewah milik Sehun tanpa
membuka pintu, Myungsoo menembus dan duduk dikursi belakang mobil. ‘sungguh
menyenangkan bisa mengikutinya kemanapun’ pikir Myungsoo
“kenapa kau selalu menjemputku setiap pagi? Kau bukan supir
ku” tanya Jieun sambil menggunakan sabuk pengaman
“aku memang bukan supir mu, tapi aku adalah namja mu” Sehun
menancapkan gas dan melaju menuju sekolah mereka
“yak! seenaknya saja” Jieun memukul pelan kepala Sehun,
terlihat sang pemilik kepala meringis kesakitan dan mengusapnya
“Jieunnie, ini sakit” Sehun mengerucutkan bibirnya imut.
Jieun hanya menjulurkan lidahnya kearah Sehun dan terkekeh pelan.
Myungsoo
yang hanya bisa menyaksikan dua insan didepannya tertunduk lesu ‘aku hanya
makhluk transparan tidak berguna’ Myungsoo berujar dalam hati. Jieun yang
menyadari aura aneh dari belakang lalu menengok dan mendapati Myungsoo sedang
menunduk lesu. Jieun ingin bertanya namun tentu saja Jieun tidak ceroboh. Tidak
mungkin ‘kan Jieun bertanya dalam keadaan seperti ini?. Bisa saja Sehun tahu
kalau dimobil mewahnya terdapat sosok hantu.
“kau kenapa menengok kebelakang Jieun? ” Sehun bertanya pada
Jieun tanpa menolehkan wajahnya dari jalan yang mereka lalui
“ah eobseo” dusta Jieun, Jieun tidak ingin membuat Sehun
khawatir dan kembali duduk menghadap depan.
. . .
Malam ini
seperti biasa Jieun belajar dan ditemani Myungsoo. Myungsoo tersenyum manis
menatap wajah serius Jieun ketika belajar, menurutnya sangat cantik. Jieun
membuka buku matematika nya secara asal untuk menghindari kontak mata dengan
Myungsoo.
“jangan menatapku seperti itu Myungsoo!” Jieun menatap kesal
pada Myungsoo
“akhirnya kau melihatku juga” Myungsoo berpindah yang semula
berada disamping Jieun, kini duduk manis didepan Jieun
Memilih
untuk menghiraukan perkataan Myungsoo, Jieun berjalan memasuki kamar mandi yang
benuansa biru langit didalam kamar Jieun. Seperti biasa Myungsoo mengikutinya
seperti anak kecil yang takut kehilangan ibunya.
“jangan mengikuti ku sampai kesini! Kau ingin merasakan mati
untuk kedua kalinya huh?!” Jieun berteriak dihadapan Myungsoo. Myungsoo yang
sedikit tersentak memundurkan beberapa langkah kebelakang dan memasang ekspresi
tanpa bersalahnya di wajah pucatnya sembari menyunggingkan deretan gigi putih
miliknya
Myungsoo menunggu Jieun ditepi tempat tidur dan melihat foto Jieun yang
tersenyum manis bersama Sehun.
“kalian sangat cocok” Myungsoo mencoba untuk mengambil
bingkai foto yang terletak dimeja samping dekat kasur Jieun namun mengurungkan
niatnya itu kala melihat Jieun keluar dari urusan pribadinya. Jieun menghampiri
Myungsoo yang sedang duduk manis ditepi kasur Jieun
“jangan melihatnya saja, lihat aku juga Jieun” ucap Myungsoo
menatap mata Jieun dalam terlihat dari pancaran mata Myungsoo seperti
mengatakan bahwa ‘Jieun, aku akan menghilang. Berbahagialah bersamanya’
“apa maksudmu?”
“kau menyukainya
‘kan?”
“siapa?”
“Sehun”
-flashback-
Sehun
berlari kecil menuju kelas Jieun, cukup jauh memang melihat Sehun yang berada
dikelas B dan Jieun yang berada dikelas F. Sehun tidak henti mengulas senyum
dibalik wajah putih miliknya dan tidak memperdulikan tatapan siswa lain yang
belihat kearahnya dengan aneh ‘ada apa dengannya?’ ‘dia manis tapi aneh’ ‘apa
dia merencanakan sesuatu?’ Sehun benar-benar
tidak memperdulikan sekitarnya. Yang ada dalam pikirannya kali ini
adalah Jieun.
“Jieun” entah sejak
kapan Sehun kini telah berada di kelas Jieun. Jieun yang sedang membaca novel
bergenre fantasy sontak menghentikan aktivitasnya dan menatap heran kearah
namja tinggi dihadapannya
“ayo ikut aku” dengan senyum yang tidak lepas dari bibir
manisnya Sehun menarik tangan Jieun dan membawanya keluar kelas
“ yak nanti Yoon songsengnim datang bagaimana?”
Memilih
untuk menghiraukan pertanyaan Jieun dan membawa gadis itu ke rooftop sekolah.
Myungsoo mengikuti mereka dengan tatapan bertanya ‘mereka sedang apa?’ dan
Myungsoo mendekati mereka, Jieun melirik sekilas kearah Myungsoo lalu menatap
wajah lelaki yang berada dihadapannya
“untuk apa ketempat ini?” Jieun menatap heran kearah Sehun,
sedangkan yang ditatap melunturkan senyuman manisnya dan menatap serius gadis
didepannya
“aku menyukaimu Jieunnie” masih dengan menatap dalam mata
Jieun berharap kalau gadis mungil didepannya ini membalas perasaannya. Jieun
mematung ditempat, dia tidak tahu harus berkata apa. Apakah harus menerima atau
tidak? Apakah harus mengatakan ‘aku juga menyukaimu Sehunnie’? apakah.. ah
entahlah Jieun tidak tahu harus bagaimana.
Myungsoo
yang membalikkan tubuhnya memegang dadanya yang terasa sesak dan menghilang
begitu saja. Jieun yang menyadari Myungsoo sudah tidak ada menengok kesegala
arah berharap kalau disana ada Myungsoo.
“Jieun?” Sehun memegang kedua bahu Jieun. Tanpa diduga Jieun
melepaskan kedua tangan Sehun dari bahunya dan berlari meninggalkan Sehun
sendiri. Sehun diam mematung menatap lesu punggung kecil Jieun perlahan
menjauhinya
-flashback end-
. . .
“ah itu.. hm” Jieun menunduk dan menganggukan kepala nya
pelan. Myungsoo yang berada didepannya menghela nafas
“kenapa tidak menerimanya saat itu? Kau bodoh!” Myungsoo
menyipitkan matanya dan menatap Jieun tajam seakan ingin membunuhnya
“karena kau tiba-tiba menghilang, aku takut kau menghilang”
Jieun menatap Myungsoo terlihat dari sorot mata Jieun bahwa Jieun benar-benar
tidak ingin Myungsoo hilang
“tapi aku akan menghilang selamanya dan tidak akan pernah
menganggumu lagi. Terimakasih sudah membantuku” Myungsoo tersenyum manis ini
senyuman termanis yang pernah Myungsoo berikan untuk Jieun.
-flashback-
“Jieun-a”
“mwo?” Jieun menoleh sekilas kearah Myungsoo dengan mulut
penuh potato chips kesukaannya lalu menatap layar tv yang sedang menampilkan
acara running man
“aku ingin potato chip itu Jieun” Myungsoo merengek seperti
anak kecil sambil memasang wajah manatap Jieun berharap belas kasihan darinya
“tidak akan aku beri” Jieun lalu melahap potato chip lagi
dan berhasil membuat Myungsoo menelan saliva nya
“kau jahat Jieun” Myungsoo mengerucutkan bibirnya
“kau tidak bisa memakan ini Myung”
“kenapa?”
“kau hantu”
“aku tahu itu Jieun!”
“yak! Kenapa kau membentakku?!”
Myungsoo
duduk lemas dan menatap tv dalam diam. Jieun merasa bersalah dan akhirnya dia
meminta maaf pada Myungsoo
“kau mau membantuku ‘kan?” Myungsoo menatap Jieun, kini
tatapan Myungsoo lebih serius dari biasanya
. . .
Jieun
berada didepan rumah besar menggerakkan kakinya menuju depan pintu rumah dan dengan
ragu menekan bel rumah itu.
“tidak ada orang?”
“coba tekan lagi”
Jieun
mengangguk dan menekan bel untuk yang kedua kalinya. Tidak lama kemudian
seorang wanita yang sebaya dengan Jieun membukakan pintu. Tentu saja yang
dilihat wanita itu hanyalah Jieun. Sedangkan Myungsoo menatap wanita itu dengan
rasa seperti ingin memeluknya, Myungsoo mengusap kasar pipinya ketika cairan
bening sedikit membasahi pipi pucatnya itu
“masuklah” wanita itu mempersilahkan Jieun dan Myungsoo
memasuki rumahnya, Jieun tersenyum ramah lalu menduduki kursi empuk milik
wanita itu
“aku akan mengambilkan minuman untukmu”
“ah tidak perlu, aku hanya sebentar” ujar Jieun sopan dan
kembali tersenyum kearah wanita itu
“baiklah” wanita itu tersenyum kearah Jieun lalu duduk
dikursi lain
“apa kau yang bernama Jiyeon?” tanpa berlama-lama Jieun
langsung menanyakan awal dari maksud keadatangannya kemari
“ya, kau perlu bantuan dariku?” Jiyeon menatap heran kearah
Jieun. Myungsoo yang duduk disebelah Jieun terus memandang Jiyeon dengan mata
penuh cairan bening yang susah payah Myungsoo tahan namun akhirnya berhasil
mengaliri pipi pucat Myungsoo. Jieun yang tahu keadaan Myungsoo menghela nafas
pelan.
“aku hanya ingin memberi surat ini” Jieun memberi sebuah
amplop berwarna putih, Jiyeon mengambilnya lalu menatap Jieun seakan bertanya
‘boleh aku buka surat ini?’ Jieun seakan tahu isi hati Jiyeon, Jieun lalu
mengangguk sambil tersenyum.
“Jiyeonnie, kau
merindukanku tidak? Kau pasti mencariku kemana-mana ‘kan?
Kkk~ maafkan aku
karena dulu tiba-tiba menghilang dari mu
Ada yang ingin aku
sampaikan padamu Jiyeonnie..
Aku rasa.. aku akan segera
menginggalkan dunia ini
Aku akan menyusul
eomma dan appa
Aku akan
meninggalkanmu Jiyeonnie..
Maafkan aku karena aku
tidak memberi tahu keadaan ku saat aku di kuliah di Amerika
Saat itu aku bermain
api dibelakangmu. Maafkan aku Jiyeonnie..
Aku terlalu bodoh
sampai aku bisa mengkhianatimu
Lalu aku dengan
bodohnya berdiri ditengah jalan, aku ingin menghabisi nyawa ku sendiri
Aku benci diriku ini
Jiyeonnie
Aku berdiri ditengah
jalan dan aku tertabrak truk
Namun aku tidak merasa
sakit sama sekali, aku tersenyum saat darah dari dahi ku mengalir
Ini tidak seberapa
dibanding dengan rasa sakit yang kau alami
Tuhan mungkin masih
sayang padaku
Aku dirawat dirumah
sakit dan aku bisa menulis surat ini untukmu
Aku ingin menemui mu
dan meminta maaf
Jiyeonnie kau jangan
menangis
“kau bodoh Myung!” Jiyeon mengusap air mata yang mengalir
deras dipipi halusnya
Maafkan aku karena
tidak memberitahu mu
Aku mengidap penyakit
kanker pankreas
Aku rasa hidup ku
sudah tidak banyak
Mungkin saat kau
membaca ini aku sudah tidak ada
“aku tahu kau sudah tenang di alam sana Myung” Jiyeon
tersenyum miris menatap surat yang berwarna kecoklatan dimakan waktu
Jiyeonnie, aku
mencintaimu..
From: your handsome guy,
Kim Myungsoo
Air mata
Jiyeon mengalir dengan sangat deras begitu juga dengan Myungsoo yang perlahan
mendekati Jiyeon dan menghapus air matanya, namun apa daya tangan pucat
Myungsoo hanya bisa menembus pipi Jiyeon, Jieun yang melihat itu hanya bisa
menghapus setitik air mata yang keluar dari mata kecilnya.
“Jiyeonnie, aku mencintaimu” Myungsoo mengecup pipi Jiyeon,
tentu Jiyeon tidak merasakannya. Jiyeon terus menangisi lelaki yang sudah 1
tahun meninggalkannya. Jieun tidak bisa membendung air matanya dan akhirnya
jatuh membuat sungai kecil di pipi halusnya
-flashbac end-
“kau.. apakah akan pergi?” tanya Jieun dengan suara yang
terdengar menahan tangisannya.
“tentu, aku tidak akan mengganggu mu lagi Jieun. Aku akan
berada di alam ku yang sebenarnya” Myungsoo dengan bodohnya menyunggingkan
senyuman lagi dihadapan Jieun
“jangan tersenyum, aku membencimu Myung” Jieun mengusap
matanya yang mengalirkan setitik air mata
“berbahagialah dengan Sehun” Myungsoo beranjak dari duduknya
dan menatap Jieun lalu berjalan mendekati jendela kaca kamar Jieun
“kau mau kemana?” Jieun menghampiri Myungsoo yang kini
menatap jauh keluar jendela dan tersenyum meski air mata mengaliri pipinya yang
pucat itu
“aku akan pergi” Myungsoo berbalik kearah Jieun lalu
mengecup puncak kepala Jieun
“selamat tinggal Jieun”
. . .
Kini
Myungsoo benar-benar menghilang, Jieun merasakan ada yang kurang dari
kehidupannya. Jieun kehilangan Myungsoo, kini Jieun tidak bisa bertengkar
konyol lagi dengan Myungsoo. Apa yang sedang Myungsoo lakukan disana? Jieun
tidak tahu. Jieun hanya bisa termenung mengingat kejadiannya bersama Myungsoo
“Lee Jieun, kau
melamun lagi?”
“ah maaf”
“gwaenchana. Katakan padaku apa yang mengganggu pikiranmu?”
“tidak ada Sehunnie”
“kau bohong” Sehun
mengerucutkan bibirnya.
“kau jelek kalau begitu” Jieun terkekeh pelan lalu ide gila
muncul dipikirannya. Jieun mengambil ice cream yang berada ditangannya lalu
mencoleknya ke pipi namja yang berada disampingnya
“yak Lee Jieun! Tunggu pembalasanku!” Sehun berteriak lalu berlali mengejar Jieun yang tidak jauh
berada didepannya
Myungsoo
melihat dari balik pohon besar dan tersenyum melihat sepasang kekasih itu
berlari dengan senangnya.
“terimakasih Jieun” Myungsoo tersenyum, kini tidak ada lagi
air mata yang menghiasi wajah pucat Myungsoo melainkan senyum bahagia karena
melihat orang yang dia sayangi juga bahagia. Perlahan Myungsoo menghilang dan
hidup tenang di alam nya.
END